Lebaran Drive mudik ke kampung halaman saya tahun ini naik Wuling Almaz RS. SUV (Sport Utility Vehicle) yang baru dirilis Maret silam ini karya produsen mobil asal Cina. Ya, Cina! Tak dipungkiri lagi, ‘mobil Cina’ memang punya sejarah kurang bagus di Indonesia.
Bukan pekerjaan yang mudah memang bagi Wuling Motors meyakinkan konsumen Indonesia terhadap produknya. Sejak datang ke Indonesia pada 2017, harus diakui mereka berhasil mengikis sedikit keraguan terhadap produk otomotif asal Cina. Pengakuan itu tak hanya datang lewat beberapa penghargaan dari media tetapi juga dibuktikan lewat angka penjualan.
Menurut data wholesales GAIKINDO (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) Tahun lalu Wuling sukses menjual lebih dari 25 ribu unit mobil dan menduduki posisi ke-8 brand mobil terlaris di Indonesia mengalahkan brand asal Jepang seperti Nissan dan Mazda.
Salah satu kunci sukses mereka, menghadirkan produk yang murah tapi tidak murahan. Contohnya, MPV (Multi Purpose Vehicle) Wuling Cortez berada satu kategori dengan Toyota Kijang Innova dari segi dimensi maupun performa. Namun faktanya harga jualnya justru bersaing dengan Toyota Avanza yang lebih murah dari Innova. Sudah begitu, Wuling masih lagi tambahkan kelebihan fitur, seperti atap dengan electric sunroof hingga mesin turbo.
Tak terkecuali dengan Wuling Almaz dan Almaz RS, SUV ini sejatinya berhadapan dengan Honda CR-V ataupun Nissan X-Trail. Namun harganya yang mulai dari Rp278,5 jutaan jelas bikin kompetitor dan konsumen Indonesia terpana. Karena SUV yang harganya jauh lebih murah dari kompetitornya ini punya pebekalan yang tak kalah mewah, sebut saja atap panoramic dengan electric sunroof, hingga fitur keselamatan dan bantuan berkendara ADAS (Advanced Driver Safety Assistance).
Fitur ADAS yang tertanam di Wuling Almaz RS pun bukan main-main. Berfungsi sempurna membantu mencegah terjadinya kecelakaan atau mengurangi resiko fatal bila terjadi kecelakaan. Saya sendiri sudah membuktikan sendiri kecanggihannya.
Perjalanan mudik lebaran saya dan keluarga bersama Wuling Almaz RS tahun ini terasa jauh lebih rileks berkat sistem berkendara semi otonom tersebut. Fitur Adaptifve Cruise Control (ACC), Lane Keeping Assistance (LKAS), Intelligent Cruise Assistance (ICA) dan Traffic Jam Assistance (TJA) membuat saya serasa disopiri.
Tetapi harus diakui pekerjaan rumah Wuling Motors bersama produsen mobil asal Cina lainnya di Indonesia, DFSK, Chery dan Morris Garage masih sangat banyak. Entah keluarga saya di Jogja yang udik karena kurang literasi otomotif atau memang sosialisasi Wuling belum menyentuh hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Jelasnya, setibanya kami di Yogyakarta dan silaturahmi ke rumah saudara, tanggapan mereka terhadap mobil yang kami kemudikan tidak biasa.
“Ini mobil apa? Mobil Cina ya? Harganya berapa? Bagus gak? Spare partnya gimana?” tanya saudara di kampung halaman. Mereka yang bertanya memang usianya sudah tak muda lagi, kebanyakan lansia. Tanpa pamrih kepada Wuling Motors, saya menjelaskan semuanya kepada mereka. Bisa dimaklumi sepanjang hidup, mungkin yang mereka kenal selama ini mobil-mobil buatan Jepang seperti Toyota, Mitsubishi, Honda dan Suzuki atau beberapa brand asal Eropa maupun Korea Selatan dan Amerika yang sudah lebih dahulu masuk Indonesia.
Celakanya kalau kita pulang kampung, biasanya status kesuksesan hidup kami yang kembali dari perantauan dinilai dari kendaraan yang kami gunakan. Kalau Anda naik Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport atau bahkan Toyota Alphard, dijamin disambut penuh suka-cita. Tak selalu memang, karena pasti ada saja anggota keluarga lain yang tak senang karena merasa kalah bersaing dan tidak disambut secara istimewa.
Kenyamanan Kabin dan Perintah Suara Berbahasa Indonesia
Tak terkecuali dengan Wuling Almaz dan Almaz RS, SUV ini sejatinya berhadapan dengan Honda CR-V ataupun Nissan X-Trail. Namun harganya yang mulai dari Rp278,5 jutaan jelas bikin kompetitor dan konsumen Indonesia terpana. Karena SUV yang harganya jauh lebih murah dari kompetitornya ini punya pebekalan yang tak kalah mewah, sebut saja atap panoramic dengan electric sunroof, hingga fitur keselamatan dan bantuan berkendara ADAS (Advanced Driver Safety Assistance).
Fitur ADAS yang tertanam di Wuling Almaz RS pun bukan main-main. Berfungsi sempurna membantu mencegah terjadinya kecelakaan atau mengurangi resiko fatal bila terjadi kecelakaan. Saya sendiri sudah membuktikan sendiri kecanggihannya.
Perjalanan mudik lebaran saya dan keluarga bersama Wuling Almaz RS tahun ini terasa jauh lebih rileks berkat sistem berkendara semi otonom tersebut. Fitur Adaptifve Cruise Control (ACC), Lane Keeping Assistance (LKAS), Intelligent Cruise Assistance (ICA) dan Traffic Jam Assistance (TJA) membuat saya serasa disopiri.
Tetapi harus diakui pekerjaan rumah Wuling Motors bersama produsen mobil asal Cina lainnya di Indonesia, DFSK, Chery dan Morris Garage masih sangat banyak. Entah keluarga saya di Jogja yang udik karena kurang literasi otomotif atau memang sosialisasi Wuling belum menyentuh hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Jelasnya, setibanya kami di Yogyakarta dan silaturahmi ke rumah saudara, tanggapan mereka terhadap mobil yang kami kemudikan tidak biasa.
“Ini mobil apa? Mobil Cina ya? Harganya berapa? Bagus gak? Spare partnya gimana?” tanya saudara di kampung halaman. Mereka yang bertanya memang usianya sudah tak muda lagi, kebanyakan lansia. Tanpa pamrih kepada Wuling Motors, saya menjelaskan semuanya kepada mereka. Bisa dimaklumi sepanjang hidup, mungkin yang mereka kenal selama ini mobil-mobil buatan Jepang seperti Toyota, Mitsubishi, Honda dan Suzuki atau beberapa brand asal Eropa maupun Korea Selatan dan Amerika yang sudah lebih dahulu masuk Indonesia.
Celakanya kalau kita pulang kampung, biasanya status kesuksesan hidup kami yang kembali dari perantauan dinilai dari kendaraan yang kami gunakan. Kalau Anda naik Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport atau bahkan Toyota Alphard, dijamin disambut penuh suka-cita. Tak selalu memang, karena pasti ada saja anggota keluarga lain yang tak senang karena merasa kalah bersaing dan tidak disambut secara istimewa.
Kenyamanan Kabin dan Perintah Suara Berbahasa Indonesia
Setelah itu, perintah demi perintah terus diujarkan kedua anak saya. Jam berapa sekarang, tanggal berapa sekarang, turunkan suhu AC hingga memainkan musik dari bluetooth, semua dijawab dan dilakukan tanpa keluhan oleh WIND. Rasa tinggi hati di dalam diri ini pun semakin menjadi-jadi.
Setelah kenyang buka puasa bersama tepat di malam takbiran sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri, kami antar keluarga kembali ke kediaman mereka. Perjalanan dilewatkan dengan obrolan santai. Mereka mengaku kabin Wuling Almaz RS yang hening dan bantingan suspensinya yang empuk sangat nyaman.
Jujur, saya sendiri yang sudah menguji banyak SUV mengakui karakter pengendaraan mobil ini memang lebih mengutamakan kenyamanan. Wuling Almaz RS memang cocok dipakai untuk mengantar para sesepuh yang sering mengeluh pinggangnya sakit kalau naik mobil yang suspensinya agak keras atau berkarakter sport.
Kami pun kembali ke hotel tempat kami menginap. Sepanjang perjalanan, kami menemui banyak Wuling Almaz lain. Tak sedikit juga yang kembar dengan mobil yang kami kendarai. Bahkan ada dua Wuling Almaz dan satu Wuling Almaz RS yang parkir di parkiran hotel tempat kami menginap. Di jalanan beberapa Wuling Confero dan Cortez pun kami jumpai. Saya pun sempat melihat dua diler resmi Wuling di Jogja yakni di jalan Magelang dan Ring Road Utara. Artinya, Wuling Motors sudah mulai bisa diterima bahkan oleh konsumen di luar Jakarta sekalipun.
Petugas hotel yang menyambut kami di lobby pun bersikap dengan sopan dan memberikan penghargaan yang tinggi, meski mobil yang kami naiki bukan Toyota Fortuner ataupun Mitsubishi Pajero Sport. Saya pun beranggapan, mungkin hanya kedua Bude saya saja yang kurang ‘update’ akan perkembangan otomotif. Toh setelah tabir informasi kecanggihan Wuling Almaz RS saya buka di hadapan mereka, keduanya pun terpana.
Tapi malah jadi timbul pertanyaan lain di benak saya. Jangan-jangan bukan cuma kedua Bude saya saja yang ketinggalan informasi. Jangan-jangan banyak pemilik Wuling lain mengalami hal yang saya alami.
Jelasnya, Wuling Motors sudah berusaha keras menepis stigma mobil Cina. Biarkan waktu yang akan menjawabnya. (RS)
Kami pun kembali ke hotel tempat kami menginap. Sepanjang perjalanan, kami menemui banyak Wuling Almaz lain. Tak sedikit juga yang kembar dengan mobil yang kami kendarai. Bahkan ada dua Wuling Almaz dan satu Wuling Almaz RS yang parkir di parkiran hotel tempat kami menginap. Di jalanan beberapa Wuling Confero dan Cortez pun kami jumpai. Saya pun sempat melihat dua diler resmi Wuling di Jogja yakni di jalan Magelang dan Ring Road Utara. Artinya, Wuling Motors sudah mulai bisa diterima bahkan oleh konsumen di luar Jakarta sekalipun.
Petugas hotel yang menyambut kami di lobby pun bersikap dengan sopan dan memberikan penghargaan yang tinggi, meski mobil yang kami naiki bukan Toyota Fortuner ataupun Mitsubishi Pajero Sport. Saya pun beranggapan, mungkin hanya kedua Bude saya saja yang kurang ‘update’ akan perkembangan otomotif. Toh setelah tabir informasi kecanggihan Wuling Almaz RS saya buka di hadapan mereka, keduanya pun terpana.
Tapi malah jadi timbul pertanyaan lain di benak saya. Jangan-jangan bukan cuma kedua Bude saya saja yang ketinggalan informasi. Jangan-jangan banyak pemilik Wuling lain mengalami hal yang saya alami.
Jelasnya, Wuling Motors sudah berusaha keras menepis stigma mobil Cina. Biarkan waktu yang akan menjawabnya. (RS)